Senin, 22 Maret 2021

Hasl Mengkritisi beberapa Teori Pemikiran Ekonomi : Matakuliah Sejarah Pemikiran Ekonomi

Hasil Mengkritisi beberapa Teori Pemikiran Ekonomi : Matakuliah Sejarah Pemikiran Ekonomi




UJIAN AKHIR SEMESTER

Matakuliah Sejarah Pemikiran Ekonomi

Dosen Pengampu: Novita Nurul Islami, S.Pd, M.Pd

M.YUHDI    NIM.160210301074

KELAS B

Hasil Mengkritsi dari :

A.    Pemikiran Aliran Historis (sejarah)

B.     Pemikiran Aliran Institusional

C.     Pemikiran Keynes

D.    Pemikiran Neo Keynes dan Pasca Keynes

E.     Aliran Moneteris

F.      Aliran Sisi Penawaran

Jawaban

A.    Pemikiran Aliran Historis (sejarah)

Berdasarkan Pemikiran aliran historis (Sejarah) ini, dapat dikatakan bahwa Penjelasan dari aliran sejarah kurang jelas. Lebih tepatnya mereka tidak mengembangkan suatu “system” melainkan lebih merupakan reaksi terhadap pemikiran-pemikiran klasik dan neo-klasik. Pemikiran dari aliran sejarah lebih banyak hanya mengkritik metode deduksi klasik, tetapi tidak melihat kelemahan dari metode induksi empiris dari diri mereka sendiri.Yang mana kelemahan utama induksinya adalah sulitnya mencapai suatu kesimpulan yang padu tentang perekonomian masyarkat.

Namun disisi lain, terdapata keuntungan yang biasa dipetik dari serangan pemikiran-pemikiran aliran sejarah terhadap kaum klasik yaitu dalam pengembangan penelitian metode ekonomi. Oleh Schumpeter, perdebatan tentang metode induksi dan deduksi ini dinilai sebagai penghambur-penghambur energi saja. Tetapi tidak semua orang berpendapat dengan Schumpeter, sebab sebagaimana yang terbukti kemudian dari perdebatan ini lahir dari suatu kesadaran bagi pemikir-pemikir ekonomi di kemudian hari, bahwa dalam melakukan penelitian ekonomi sebaiknya di gunakan metode deduksi (reasoning from the general to the particular) dan induksi(reasoning from the particular to the general) secara bolak-balik yang kemudian dikenal dengan metode reflective thinking Untuk mengembangkan industry dosmetik, Friedrich List menganjurkan adanya suatu lembaga negara yang akan melindungi industry dalam negara melalui pajak impor, dan pemerintah secara intervensi untuk menyeimbangkan pertanian, industri dan perdagangan.

B.     Pemikiran Aliran Institusional

Pemikiran Aliran Institusional pertama kali diperkenalkan oleh Walton Hamilto pada tahun (1919), namun tokoh awal mempengaruhi pemikiran institusional secara konvensional adalah oleh Pemikiran Thorstein Bunde Veblen (1857-1929). Veblen merupakan ilmuan yang hanya berpijak pada jalur pemikiran yang dibentuk atas pengandai-andaian dan pemikirannya menggunakan istilah dari disiplin lain.  Oleh karena itu pemikirannya mengandung kritikan pada zamannya. Pemikiran veblen pada tahap awal juga sulit dipahami oleh ahli-ahli ekonomi dan dianggap abstrak , sehingga hasil pemkirannya itu tidak membawa hal-hal baru dalam peralatan dari analisis teoritis. Meskipun begitu, pemikiran veblen ini mendorong berkembangnya aliran ekonomi kelembagaan Amerika Serikat. Serta murid-muridnya melanjutkan dan melakukan pengembangan terhadap pemikiran-pemikirannya.

Disisi lain, pemikiran veblen juga dikritik oleh mitchell yang merupakan pemikir aliran insttitusional yang sependapat dengan veblen, akan tetapi ada juga yang tidak disetuji karena dianggap tidak jelas, yaitu asumsi-asumsi logikanya yang abstrak ekonomi ortodoks. Namun, pemikiran veblen juga mendapat dukungan dari mitchell yaitu mengenai penekanan terhadap penelitian empirik dan menjelaskan data dengan diskrptif. Dalam aliran institusional juga terdapat perbedaan asumsi diantara para pemikirnya, yakni asumsi yang dianut oleh veblen dengan asumsi yang di anut oleh mitchell. Asumsi yang dianut veblen adalah logika yang abstrak ekonomi ortodoks, sedangkan asumsi yang dianut mitchell adalah bahwa manusia berprilaku rasional dan adanya fungsi preferensi individu yang jelas.

 

C.    Pemikiran Keynes

Pemikiran Keynes atau Nama Panjangnya adalah John Maynard Keynes (1883-1946). Ia merupakan seorang murid yang pintar, ia banyak memenangkan berbagai hadiah dalam bidang matematika, bahasa inggris, dan semi klasik.  Keynes melanjutkan pendidikan ke King’s College dengan bidang utama matematika. Di samping matematika, ia juga memperdalam falsafah dari gurunya Alfred Whitehead. Pelajaran- pelajaran ekonomi diperoleh di bawah bimbingan Alfred marshall dan A.C. Pigou.

Pada hakikatnya, konsep teori Keynes dapat dipandang sebagai suatu teori tentang pendapatan dan kesempatan kerja. Inti pokok dalam sistem pemikiran dan konsep Keynes terdiri dari tiga faktor penting, yaitu:

 

·         Hasrat berkonsumsi (propensity to consume)

Pendapatan total agregat sama dengan konsumsi total agregat ditambah investasi total agregat. Tingkat konsumsi bergantung pada hasrat seseorang untuk berkonsumsi, yang merupakan fungsi dari pendapatan. Begitu juga dengan tabungan, karena tabungan adalah sisa bagian dari pendapatan yang tidak digunakan untuk berkonsumsi.

 

·         Tingkat bunga (interest) yang memiliki kaitan dengan dengan preferensi likuiditas (liquidity preference)

Tingkat bunga menurut Keynes bukanlah pencerminan dari penawaran tabungan dan permintaan investasi, melainkan tingkat bunga merupakan variabel bebas (independent) dari kedua hal tersebut. Tingkat tabungan adalah suatu fenomena moneter yang tergantung dari keinginan orang menahan tabungannya dalam bentuk dana likuiditas. Sehingga tingkat bunga tergantung dari preferensi likuiditas. preferensi likuiditas menjelaskan tentang bagaimana tingkat bunga ditentukan dalam jangka pendek dan tingkat bunga tersebut disesuaikan untuk menyeimbangkan demand for money dan supply of money.

 

·         Efisiensi marginal dari investasi modal (marginal efficiency of capital)

Tingkat investasi ditentukan oleh efisiensi marginal dari investasi modal, yang dipengaruhi oleh ekspektasi investor tentang laba yang akan diperoleh di masa depan dari investasi modal yang bersangkutan. Jelaslah bahwa ekspektasi tersebut adalah yang positif dan menguntungkan investor itu.

Pemikiran Keynes juga memiliki kelemahan yaitu kegalalan pemerintah(Government Failure) dalam menjalankan intervensinya dan ineffesiensi(government inefficiency) yang ditimbulkan dari intervensi pemerintah tersebut.

  1. Government Failure

Joseph E. Stiglitz dalam bukunya Econoomics of Public Sector:

“There are four major reasons for the systematic failures of the government to achieve its stated objectives : the government’s limited information, its limited control over private responses to its actions, its limited control over bureucracy, and the limitations imposed by political processes”[2]

Faktor pertama kegagalam pemerintah adalah terbatasnya informasi pemerintah.

Faktor kedua adalah adalah terbatasnya kontrol pemerintah terhadap aksi pasar.

Faktor ketiga adalah terbatasnya kontrol pada birokrasi.

Faktor terakhir adalah kendala yang ditimbulkan oleh proses politik.

 

D.    Pemikiran Neo Keynes dan Pasca Keynes

1.      Neo Keynes

Pemikiran Neo keynes merupakan pengembangan dan pembaruan dari pemikiran keynes. Tokoh-tokoh fenomenal yang memiliki dampak besar dalam pemikiral aliran neo keynes antara lain:

a.       Alvin Harvey  Hansen

Hansen berhasil menyusun secara sistematis serangkaian pikiran dasar Keynes dalam suatu kerangka analisis yang rapi dan utuh. Dia dengan jelas menujukkan hal-hal pokok pada sistem pemikirannya dalam ramifikasinya terhadap kebijakan negara secara langsung dan tidak langsung. Hansen banyak menjelaskan tentang fluktuasi ekonomi, penyebabnya, dan cara mengatasinya. Menurutnya fluktuasi ekonomi terjadi karena adanya gerak naik turun dan determinan terhadap pendapatan nasional. Karenanya ia banyak mengupas tentang pendapatan nasional. Dan mengaitkan pendapatan nasional investasi, dan kesempatan kerja, dengan fluktuasi ekonomi.

b.      Joseph Schumpeter

Dari masa-masa sebelumnya, pakar pertama yang lebih serius dalam mengembang teori pertumbuhan adalah Schumpeter. Bagi dia, pelaku utama pertumbuhan ekonomi adalah adanya entepreneur. Entrepreneur bukan hanya seorang pengusaha atau manajer, melainkan juga seseorang yang mau menerima risiko dan menghasilkan produk dan teknologi baru dalam masyarakat. Menurutnya, pertumbuhan ekonomi akan berkembang pesat dalam lingkungan, masyarakat yang menghargai dan merangsang orang untuk menggali penemuan-penemuan baru, seperti lingkungan masyarakat penganut laissez faire. Dalam masyarakat yang demikian, insentif bagi penemuan baru lebih tinggi.

c.       Simon Kuznets

Kuznets berperan dalam kegiatan yang bersangkut-paut dengan data statistik yang selanjutnya berkembang menjadi ilmu pengetahuan dengan kerangka analisis berdasarkan teknik dan metode matematika canggih. Kuznets memantau kegiatan ekonomi dalam masyarakat dengan berpangkal pada suatu kerangka perhitungan nasional dengan dilengkapi tentang unsur-unsur komponen dalam pendapatan nasional. Berkat karya kuznets tersebut, pengertian-pengertian pokok dalam kerangka teori Keynes dapat diberikan wujud nyata secara kuantitatif-empiris, seperti mengenai hubungan antara pendapatan-konsumsi-tabungan-investasi dalam masyarakat secara agregat. Dan segala sesuatu itu dapat diamati dan dikaji secara berturut-turut sesuai tahapan dalam perkembangan waktu. Hal ini dikenal sebagai time series analysis. Dengan teori ini kita bisa menghitung pertumbuhan ekonomi lebih eksak.

d.      Paul Samuelson

Di bawah pengaruh Samuelson, kerangka dasar pemikiran Keynes disempurnakan sampai pada tingkat yang lebih manju dan dalam lingkup pembahasan yang lebih luas. Ada dua hal yang berjasa dari ulasan Samuelson. Pertama, diperlihatkannya tentang hubungan timbal-balik antara faktor multiplier dan asas accelerator, yang berimplikasi bahwa multiplier dan accelerator saling memperkuat perannya dalam jalannya perekonomian secara agregat. Permintaan efektif dari masyarakat dipengaruhi oleh  investasi langsung (autonomous investment), yang selanjutnya melalui faktor angka pengganda  (multiplier) menyebabkan tambahan pendapatan dengan berlipat. Permintaan efektif pun dapat diberi stimulan yag berawal dari pengeluaran konsumen, yang selanjutnya melalui asas accelerator secara tidak langsung menyebabkan bertambahnya investasi (induced investement).

Bidang kedua adalah mengenai lalu lintas perdagangan dan pembayaran internasional. Samuelson memperjelas hubungan antara kebijakan fiskal dengan keseimbangan dalam lalu lintas pembayaran internasional. Hal ini memperllihatkan peranan foreign trade multiplier (dampak multiplier yang berasal dari perdangan luar negeri) dan berbagai kemungkinan penyimpangan dari keseimbangan internasional. Di sini dapat dilihat adanya integrasi mengenai segi ekulibrium internasional ke dalam kerangka umum teori ekonomi makro.

e.       Walt Withman Rostow

Teori pembangunan yang paling terkenal adalah ulasan dari Rostow, yang mengatakan bahwa negara-negara berkembang yang ingin maju harus melalui tahap-tahap pembangunan sebagai berikut.

ü  Tahap tradisional statis : Yang dicirikan oleh keadaan IPTEK yang masih sangat rendah dan tidak berpengaruh terhadap kehidupan dan perekonomian pun masih didominasi sektor pertanian-pedesaan. Struktur sosial-politik masih kaku.

ü  Tahap transisi : IPTEK mulai berkembang, sehingga produktivitas semakin meningkat dan industri semakin berkembang. Tenaga kerja mulai beralih dari sektor pertanian ke sektor industri, pertumbuhan tinggi, kaum pedagang bermunculan, dan struktur sosial-politik semakin membaik.

ü  Tahap lepas landas (take-off) : Dicirikan oleh keadaan suatu hambatan sosial-politik yang umumnya dapat diatasi. Tingkat kebudayaan dan IPTEK semakin maju, investasi dan pertumbuhan tetap tinggi, dan mulai adanya ekspansi perdagangan ke luar negeri.

ü  Tahap dewasa : Masyarakat semakin tinggi penguasaan IPTEK, sehingga terjadi perubahan komposisi angkatan kerja di mana jumlah skilled labor lebih banyak daripada unskilled labor. Serikat dagang dan gerakan buruh semakin maju dan berperan. Pendapatan perkapita tinggi.

ü  Tahap mass consumption : Masyarakat hidup serba kecukupan, kehidupan aman tentram, dan laju pertumbuhan penduduk semakin rendah.

Proses di atas hanya bisa berlangsung jika dipenuhi beberapa kondisi, seperti pemerintahan yang stabil, adanya perbaikan tingkat pendidikan, adanya kelompok inovator dan wiraswastawan, meningkatnya tabungan dan investasi hingga mencapai 10 persen dari pendapatan nasional, dan adanya reformasi sosial.

2.      Pasca Keynesian

Pasca keynesian atau yang disebut aliran setelah aliran keynesian. Tokoh yang fenomenal antara lain:

a.       Nicholas Gregory Mankiw

Mankiw adalah Professor Ekonomi di Harvard University. Penelitiannya mencakup banyak bidang dalam ilmu ekonomi dan meliputi berbagai tulisan mengenai penyesuaian harga, perilaku konsumen, pasar keuangan, kebijakan moneter dan fiskal, dan pertumbuhan ekonomi.

Dalam konsep makroekonominya yang sangat terkenal dan merupakan bidang ahlinya, Mankiw menawarkan keseimbangan dalam pembahasan isu-isu makroekonomi jangka  pendek dan jangka panjang, mengintegrasikan wawasan teori klasik dan teori Keynes, menyajikan teori ekonomi dengan beberapa variasi model sederhana, dan memberikan penekanan bahwa makroekonomi adalah disiplin ilmu empiris yang banyak berkaitan dengan bidang-bidang ilmu lainnya.

Mankiw merumuskan teori-teori ekonomi ke dalam “Ten Principles of Economics”-nya. Tujuannya adalah untuk menjelaskan overview tentang apa itu ekonomi. Kesepuluh prinsip tersebut adalah:

1)      Orang menghadapi berbagai trade-off (efisiensi dan equality)

2)      Biaya adalah sesuatu yang dikorbankan oleh seseorang untuk mendapatkan sesuatu hal yang lain

3)      Orang rasional berpikir terhadap margin (perubahan marginal)

4)      Orang bereaksi terhadap insentif

5)      Perdagangan/pertukaran dapat membuat setiap orang menjadi lebih baik

6)      Pasar merupakan sebuah solusi yang baik untuk mengorganisir aktivitas ekonomi (tentang ekonomi pasar)

7)      Pemerintah terkadang dapat meningkatkan kinerja pasar (tentang kegagalan pasar, eksternalitas, dan kekuatan pasar)

8)      Standar hidup sebuah negara bergantung pada kemampuannya dalam memproduksi barang dan jasa (tentang produktivitas)

9)      Harga-harga meningkat ketika pemerintah mencetak uang terlalu banyak (tentang inflasi).

10)  Masyarakat menghadapi trade-off jangka pendek antara inflasi dan pengangguran (tentang fluktuasi ekonomi)

 

b.      David Romer

Romer adalah Professor ekonomi  politik di University of California, Berkeley. Dia merupakan pakar ekonomi di bidang makroekonomi. Dalam karya terbarunya, Romer bekerja sama dengan istrinya, Christina Romer, pada kebijakan fiskal dan moneter dari tahun 1950 hingga saat ini, dengan menggunakan catatan dari pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) dan bahan-bahan dari staf The Fed untuk mempelajari bagaimana Federal Reserve membuat keputusan. Baru-baru ini, Romers (David dan Christina) berfokus pada dampak kebijakan pajak pemerintah dan pertumbuhan ekonomi secara umum. Karya ini terlihat pada catatan sejarah perubahan pajak Amerika Serikat dari 1945-2007. Romers juga menemukan, "Tidak ada dukungan untuk hipotesis bahwa pemotongan pajak mengendalikan pengeluaran pemerintah, memang pemotongan pajak bisa saja meningkatkan pengeluaran. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa efek utama dari pemotongan pajak pada anggaran pemerintah adalah mendorong timbulnya peningkatan pajak berikutnya". Ia juga menulis tentang beberapa mata pelajaran bagi ekonom makro, seperti “Do Students Go to Class? Should They?” dan “Do Firms Maximize? Evidence from Professional Football”.

 

c.       Dynamic Stochastic General Equlibrium (DSGE)

Model ini adalah cabang dari teori keseimbangan umum terapan yang berpengaruh dalam makroekonomi kontemporer. Metodologi DSGE berupaya menjelaskan fenomena ekonomi agregat, seperti pertumbuhan ekonomi, siklus bisnis, dan dampak kebijakan moneter dan fiskal, berdasarkan model ekonomi makro yang berasal dari prinsip ekonomi mikro. Salah satu alasan utama makroekonomi berusaha untuk membangun model microfounded adalah, tidak seperti yang lebih tradisional model peramalan makroekonometrik, model microfounded pada prinsipnya tidak harus rentan terhadap kritik Lucas.

Dari pemikiran neo keyesian dan pasca keynesian, terdapat beberapa kelemahan, yaitu ada kekuatan-kekuatan pasar yang tidak diikutkan dalam model yang dikembangkan Kubu Keynesian. Dua di antara kekuatan-kekuatan tersebut adalah turunnya suku bunga akan mendorong investasi dan turunnya tingkat harga akan mendorong konsumsi melalui apa yang disebut Pigoileffect. Bagi kubu monetanis perekonomian cenderung berada dalam posisi keseimbangan, di mana sumber daya digunakan penuh.

 

E.     Aliran Moneteris

Aliran monetaris sebenarnya sudah berdiri sejak lama. Hanya saja pandangan-pandagan kaum monetaris ini baru diperhatikan setelah terjadinya kasus membubungnya inflasi yang dibarengi dengan semakin tingginya tingkat pengangguran pada tahun 70-an. Tokoh utama aliran monetaris, tidak diragukan lagi, adalah Milton Friedman (1912-…), profesor ekonomi dari University of Chicago. Pandangan-pandangan Friedman dapat diikuti dan berbagai buku, jurnal serta artikel-artikel populer di majalah dan koran- koran Amerika. Buku-buku penting yang ditulisnya antara lain: Taxing to prevent Inflation (1943); A Theory of the Consumption Function (1957); A Programme for Monetary Stability (1960), Price Theory (1962); Capitalism and Freedom (1962); bersama Anna Schwartz menulis A Monetary History of the United States 1867-1960 (1963); Inflation: Causes and Consequences (1963); The Great Contraction (1965); The Optimum Quantity of Money (1969); A Theoritical Framework for Monetary Analysis (1971); kumpulan tulisan populer There ‘s No Such Thing Such as a Free Lunch (1975); Monetary Trends in The United States and the United Kingdom (1982) dan Bright Promises, Dismal Performance (1983).

Banyak perbedaan pandangan antara kubu Keynesian dan monetaris dalam melihat gejala-gejala ekonomi. Dalam melihat perekonomian secara agregat kubu Keynesian percaya bahwa perekonomian cenderung berada dalam posisi keseimbangan tingkat output rendah (low level equilibrium). Ini terjadi karena pengeluaran agregat cenderung lebih kecil dari penerimaan agregat dan kurang ampuhnya mekanisme. pasar dalam melakukan penyesuaian-penyesuaian yang diperlukan, terutama tingkat harga-harga dan tingkat upah. Hal ini bisa terjadi karena adanya kekuatan serikat buruh dan praktek-praktek oligopolistik dari pihak perusahaan-perusahaan.

Kaum monetaris tidak percaya pda teori Keynesian yang mengatakan bahwa perekonomian cenderung berada pada keseimbangan tingkat output rendah disebabkan kurang ampuhnya mekanisme korektif untuk membawa pasar kembali pada posisi keseimbangan pemanfaatan sumber daya penuh. Dalam hal ini kubu monetaris mengritik bahwa ada kekuatan-kekuatan pasar yang tidak diikutkan dalam model yang dikembangkan Kubu Keynesian. Dua di antara kekuatan-kekuatan tersebut adalah turunnya suku bunga akan mendorong investasi dan turunnya tingkat harga akan mendorong konsumsi melalui apa yang disebut Pigoileffect. Bagi kubu monetanis perekonomian cenderung berada dalam posisi keseimbangan, di mana sumber daya digunakan penuh.

Karena perbedaan cara pandang di atas, maka implikasi kebijaksanaan dan kedua kubu tersebut juga berbeda. Misa1nya dalam usaha meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi dan dalam mengatasi pengangguran, kub Keynesian lebih menyukai kebijaksanaan fiskal yang bersifat ekspansif. Sebaliknya kubu monetaris lebih menyukai kebijaksanaan moneter yang kontraktif. Intenvensi pemerintah untuk meningkatkan output dengan menggunakan kebijaksanaan fiskal tidak disenangi Friedman Misalnya ada usaha untuk meningkatkan output dengan menurunkan pajak. Menurut Keynesian langkah ini akan meningkatkan output. Dalam ”Bahasa” kurva IS-LM yang dikembangkan Keynesian, hal ini tenjadi kanena penurunan dalam pajak akan mendorong kurva IS bergerak ke kanan. Tetapi menurut kaum mouetaris hal seperti ini tidak akan terjadi, sebab dalam perekonomian yang sudah memanfaatkan sumber daya secara penuh maka kurva LM berbentuk tegak lurus, dan dampak dan pergeseran kurva IS tidak akan memberi pengaruh pada output (crowding-out effect).

Antara kubu Keynesian dan monetris juga berbeda dalam melihac penyebab terjadinya fluktuasi ekonomi. Menunut kubu Keynesian tluktuasi ekonomi terjadi karena tenjadinya perubahan dalam faktor-faktor yang menentukan pendapaian nasional seperti pengeluaran pemerintah, investasj dan konsumsi masyaraicat. Sebaliknya menurut kubu monetaris fluktuasi ekonomi terjadi karena terjadinya pelonjakan-pelonjakan dalam jumlah uang beredar disebabkan adanya kebijaksanaan-kebijaksanan yang bersifat ekspansif dari pemerintah. Pendapat ini mengikuti pendapat pakar-pakar terdahulu seperti R.G. Hawxrey, F:A. Nayek dan Knut Wicksell, yang yakin bahwa terjadinya fluktuasi karena dipicu oleh faktor-faktor moneter, yang cenderung berakibat kumulatif dalam jangka panjang. Dalam buku: A Pvlonetaiy History of the United States, 1867- 1960 yang ditulis oleh Friedman bersama-sama dengan Anna Schwartz. Mereka menyimpulkan bahwa fluktuasi dalam jumlah uang sebagai penyebab fluktuasi dalam pendapatan nasional. Untuk mendukung argumen tersebut mereka menggunakan kasus depresi besar-besaran yang terjadi tahun 30-an. Menurut Friedman dan Anna Schwartz, hal ini berlangsung kanena terjadinya crash pasar modal tahun 1929 dan faktor-faktor lain yang diasosiasikan dengan berkurangnya aktivitas ekonomi tahun 20-an yang menyebabkan berkurangnya minat orang memegang surat-surat berharga, dan lebih menyukai memegang uang tunai. Tetapi sistem perbankan waktu itu tidäk bisa memenuhi permintaan akan uang tunai secara sekaligus dalam jumlah banyak dari masyarakat. Bank-bank (yang waktu itu jumlahnya hampir 2000 buah di seluruh Amerika Serikat) terpaksa menutup kantor. Sebagai konsekuensinya maka jumlah uang beredar anjlok. Tahun 1933 jumlah uang beredar diperkirakan 35 persen lebih rendah dari jumlah uang tahun 1929. Dengan alasan di atas kaum monetaris menyimpulkan bahwa fluktuasi dalam jumlah uang beredarlah yang menyebabkan terjadinya fluktuasi ekonomi, dan bukan sebaliknya sebagaimana yang dianut kubu Keynesian.

Kaum Keynesian percaya bahwa memang ada kaitan yang sangat erat antara jumlah uang beredar dengan fluktuasi ekonomi. Tetapi bagi mereka bukan keadaan moneter yang mempengaruhi fluktuasi, melainkan fluktuasi ekonomi yang mempengaruhi jumlah uang beredar. Bagi kubu Keynesian fluktuasi terjadi karena berubahnya faktor-faktor yang mempengaruhi pengeluaran agregat, dan kebijaksanaan yang paling ampuh untuk meredakan fluktuasi tersebut adalah melalui kebijaksanaan counter-cyclical dengan lebih banyak menggunakan kebijaksanaan fiskal.

Kubu monetaris paling tidak suka dengan penggunaan kebijaksanaan fiskal untuk menstabilkan perekonomian. Alasannya, adalah sangat sulit mengimbangi setiap ayunan siklus ekonomi karena adanya faktor waktu (lag). Kubu monetaris lebih jauh bahkan sangat meragukan keampuhan analisis dan studi neo-keynesian yang sering menggunakan model ekonometri skala besar. Sebab, dalam model-model skala besar tersebut tenggang waktu (time-lag) kurang diperhatikan. Karena danya tenggang waktu antara pembuatan model dan proses analisis dengan waktu mengaplikasikan, maka kebijaksanaan yang diambil bisa jadi sudah ketinggalan kereta. Sebagai akibat dari perbedaan dalam melihat perekonomian secara agregat-agregat, maka antara kubu monetaris dan kubu Keynesian juga sangat berbeda dalam penggunaan kebijaksanaan-kebijaksanaan ekonomi. Kenyataannya pada tahun 70-an dan 80-an terjadi debat panjang yang sangat panas antara kubu monetaris (diwakili Friedman) dengan pihak non-monetaris (termasuk kubu Keynesian, Franco Modigliani dan James Tobin) tentang kebijaksanaan yang sebaiknya ditempuh dalam menghadapi berbagai masalah ekonomi, seperti pengangguran dan inflasi.

Sebaliknya kubu monetaris menganggap inflasi terjadi karena jumlah uang beredar terlalu banyak. Jika jumlah uang beredar terlalu banyak harga-harga akan naik. Dengan demikian cara yang dianjurkan kaum monetaris dalam menghadapi inflasi ialah dengan mengurangi jumlah uang yang beredar itu sendiri.

Kebalikan dari kubu Keynesian yang lebih menyukai kebijaksanaan fiskal, kubu monetaris lebih suka menggunakan kebianaan moneter, sebab dampaknya lebih jelas dari pada kebiasaan fiskal. Anggapan ini didasarkan pada kepercayaan bahwa perubahan dalam jumlah uang beredar akan menyebabkan perubahan yang besar pula dalam tingkat suku bunga, yang pada nya akan menyebabkan perubahan yang besar dalam pendapatan nasional. Ini jelas terbalik dengan anggapan kaum Keynesian yang melihat perubahan dalam jumlah uang beredar tidak begitu mempengaruhi tingkat suku bunga sehingga dampaknya terhadap pengeluaran agregat juga kecil. Kaum monetaris yang sangat memperhatikan agar jumlah uang yang beredai jangan bertambah terlalu cepat dari yang seharusnya, jelas menyalahkan kebijaksanaan fiskal yang ekspansif selama tahun 60-an, yang dianggap sebagai pangkal bala terjadinya kesulitan-kesulitan ekonomi di kemudian hari. Bagi kaum monetaris, melakukan pengeluaran pemerintah secara berlebihan tidak akan menguntungkan, justru dapat membawa kerugian. Yang jelas, jika inflasi terlalu tinggi perekonomian bisa macet. Bagi kaum monetaris inflasi dianggap sebagai musuh utama yang perlu diberantas sesegera mungkin.

Perbedaan lain antara kubu monetaris dengan kubu Keynesian adalah mengenai jangka waktu analisis. Kubu Keynesian tidak terlalu memperhatikan analisis jangka panjang (sebab, seperti kata Keynes, dalam jangka panjang kita semua akan mati !). Tidak demikian halnya dengan kubu monetaris yang diwakili Friedman. Bagi Friedman dampak jangka panjang dari berbagai kebijaksanaan ekonomi harus diperhatikan untuk mengetahui kekuatan pasar. Kelompok monetaris percaya bahwa kebijaksanaan peningkatan jumlah uang dalam jangka pendek berpenganuh terhadap output riil. Dalam bahasa kurva IS-LM yang dikembangkan kubu neo-Keynesian, kenaikan dalam jumlah uang akan menggeser baik kurva LM maupun kurva IS ke kanan, yang berarti peningkatan dalam jumlah output.

Menurut pandangan Keynesian, kebijakan moneter mungkin sangat tidak efektif.  Beberapa kekurangannya berasal dari asimetri kebijakan tersebut, perubahan dalam kecepatan (yang dapat menggagalkan kebijakan), dan ketidakpastian dari investasi yang diambil (terutama jika bukan bunga sensitif). Kekurangan utama dari kebijakan moneter adalah asimetri. Kebijakan moneter mungkin digunakan baik untuk mengendalikan .3 persediaan uang maupun tingkat suku bunga.  Tetapi, keduanya tidak dapat dikendalikan pada waktu yang sama.  Dengan demikian hal tersebut menjadi dilema.

KELEBIHAN :

1)      Kaum monetaris mengatakan bahwa perekonomian cenderung berada pada keseimbangan tingkat output rendah yang disebabkan kurang ampuhnya mekanisme korektif untuk membawa pasar kembali pada posisi keseimbangan pemanfaatan sumber daya penuh.

2)      Kaum monetaris menyatakan bahwa turunnya suku bunga akan mendorong investasi dan turunnya tingkat harga akan mendorong konsumsi melalui Pigou effect.

3)      Dalam usaha meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi dan dalam mengatasi pengangguran, kaum monetaris lebih menyukai kebijaksanaan moneter yang kontraktif. Intervensi pemerintah untuk meningkatkan output dengan menggunakan kebijaksanaan fiskal tidak disenangi Friedman.

4)      Kaum monetaris, terutama Friedman, dinilai sangat berjasa meluruskan falsafah liberal kaum klasik kembali sebagaimana yang diajarkan oleh Adam Smith.

 

F.     Aliran Sisi Penawaran

Pada tahun 1971-1973 perekonomian Amerika Serikat mengalami boom karena kebijaksanaan fiskal dan moneter yang ekspansif pada periode-periode sebelumnya, sesuai ajaran Keynesian. Pada tahun-tahun sebelumnya kebijaksanaan moneter yang restriktif cukup ampuh dalam memerangi inflasi. Bahkan pada akhir tahun 1974, pada saat resesi mulai jalan, pemerintah Amerika Serikat masih mempertimbangkan suatu program peningkatan tingkat pajak untuk memerangi inflasi. Tetapi yang betul-betul dilaksanakan tahun 1975 adalah kebijaksanaan fiskal yang ekspansif. Sebagaimana dampaknya, perekonomian bergerak cepat (terjadi recovery) dan tingkat pengangguran dapat ditekan. Hanya saja, sekarang tingkat inflasi sangat tinggi. Keadaan menjadi lebih parah sewaktu gelombang kenaikan harga-harga minyak kedua pada tahun 1978 kembali menghantam perekonomian Amerika Serikat.

Dalam aliran monetaris ini memang pernah berhasil meyakinkan orang bahwa stok uang sangat erat kaitannya dengan aktivitas-aktivitas ekonomi. Kebijaksanaan monetaris lahir di Amerika Serikat, tetapi negara yang melaksanakan kebijaksanaan sesuai dengan resep monetaris ini bukanlah pemerintahan Amerika Serikat sendiri, melainkan pemerintahan Thatcher di Inggris.

Aliran sisi penawaran dapat dikatakan muncul tahun 1970-an, dan semakin populer tahun 80-an dimasa pemerintahan Reagen di Amerika Serikat. Karena pandangan pakar-pakar aliran sisi penawaran langsung dijalankan oleh Reagan, maka pandangan ekonomi mereka juga sering dijuluki Reagonimics., terutama tahun 1981-1982. Kebijaksanaan yg dianut oleh Reagan untuk menghadapi inflasi & kelesuan ekonomi pada tahun 80-an sesuai anjuran aliran baru Dikenal dengan sisi penawaran (supply-side economics).