Hasil Mengkritisi beberapa Teori Pemikiran Ekonomi : Matakuliah Sejarah Pemikiran Ekonomi
UJIAN AKHIR SEMESTER
Matakuliah Sejarah Pemikiran Ekonomi
Dosen
Pengampu: Novita Nurul Islami, S.Pd, M.Pd
M.YUHDI NIM.160210301074
KELAS B
Hasil Mengkritsi dari :
A.
Pemikiran
Aliran Historis (sejarah)
B.
Pemikiran
Aliran Institusional
C.
Pemikiran
Keynes
D.
Pemikiran
Neo Keynes dan Pasca Keynes
E.
Aliran
Moneteris
F.
Aliran
Sisi Penawaran
Jawaban
A.
Pemikiran Aliran Historis (sejarah)
Berdasarkan Pemikiran aliran historis (Sejarah) ini, dapat dikatakan bahwa Penjelasan dari aliran sejarah
kurang jelas. Lebih tepatnya mereka tidak mengembangkan suatu “system”
melainkan lebih merupakan reaksi terhadap pemikiran-pemikiran klasik dan
neo-klasik. Pemikiran dari aliran sejarah lebih banyak hanya mengkritik metode deduksi klasik,
tetapi tidak melihat kelemahan dari metode induksi empiris
dari diri mereka sendiri.Yang mana kelemahan utama induksinya adalah sulitnya mencapai suatu kesimpulan yang padu tentang perekonomian masyarkat.
Namun disisi lain, terdapata keuntungan yang biasa dipetik dari serangan pemikiran-pemikiran
aliran sejarah terhadap kaum klasik yaitu dalam pengembangan penelitian
metode ekonomi. Oleh Schumpeter, perdebatan tentang metode induksi dan deduksi
ini dinilai sebagai penghambur-penghambur energi saja. Tetapi tidak semua orang
berpendapat dengan Schumpeter, sebab sebagaimana yang terbukti kemudian dari
perdebatan ini lahir dari suatu kesadaran bagi pemikir-pemikir ekonomi di kemudian hari,
bahwa dalam melakukan penelitian ekonomi sebaiknya di gunakan metode
deduksi (reasoning from the general to the particular) dan induksi(reasoning from
the particular to the general) secara bolak-balik yang kemudian
dikenal dengan metode reflective thinking Untuk
mengembangkan industry dosmetik, Friedrich List menganjurkan adanya suatu lembaga negara yang akan melindungi
industry dalam negara melalui pajak impor, dan pemerintah secara intervensi
untuk menyeimbangkan pertanian, industri dan perdagangan.
B.
Pemikiran Aliran Institusional
Pemikiran Aliran Institusional pertama kali diperkenalkan oleh Walton
Hamilto pada tahun (1919), namun tokoh awal mempengaruhi pemikiran
institusional secara konvensional adalah oleh Pemikiran Thorstein Bunde Veblen
(1857-1929). Veblen merupakan ilmuan yang hanya berpijak pada jalur pemikiran
yang dibentuk atas pengandai-andaian dan pemikirannya menggunakan istilah dari
disiplin lain. Oleh karena itu
pemikirannya mengandung kritikan pada zamannya. Pemikiran veblen pada tahap
awal juga sulit dipahami oleh ahli-ahli ekonomi dan dianggap abstrak , sehingga
hasil pemkirannya itu tidak membawa hal-hal baru dalam peralatan dari analisis
teoritis. Meskipun begitu, pemikiran veblen ini mendorong berkembangnya aliran
ekonomi kelembagaan Amerika Serikat. Serta murid-muridnya melanjutkan dan
melakukan pengembangan terhadap pemikiran-pemikirannya.
Disisi lain, pemikiran veblen juga dikritik oleh mitchell yang merupakan
pemikir aliran insttitusional yang sependapat dengan veblen, akan tetapi ada
juga yang tidak disetuji karena dianggap tidak jelas, yaitu asumsi-asumsi
logikanya yang abstrak ekonomi ortodoks. Namun, pemikiran veblen juga mendapat
dukungan dari mitchell yaitu mengenai penekanan terhadap penelitian empirik dan
menjelaskan data dengan diskrptif. Dalam aliran institusional juga terdapat
perbedaan asumsi diantara para pemikirnya, yakni asumsi yang dianut oleh veblen
dengan asumsi yang di anut oleh mitchell. Asumsi yang dianut veblen adalah
logika yang abstrak ekonomi ortodoks, sedangkan asumsi yang dianut mitchell
adalah bahwa manusia berprilaku rasional dan adanya fungsi preferensi individu
yang jelas.
C.
Pemikiran Keynes
Pemikiran
Keynes atau Nama Panjangnya adalah John Maynard Keynes (1883-1946). Ia
merupakan seorang murid yang pintar, ia banyak memenangkan berbagai hadiah
dalam bidang matematika, bahasa inggris, dan semi klasik. Keynes melanjutkan
pendidikan ke King’s College dengan bidang utama matematika. Di samping
matematika, ia juga memperdalam falsafah dari gurunya Alfred Whitehead.
Pelajaran- pelajaran ekonomi diperoleh di bawah bimbingan Alfred marshall dan
A.C. Pigou.
Pada
hakikatnya, konsep teori Keynes dapat dipandang sebagai suatu teori tentang
pendapatan dan kesempatan kerja. Inti pokok dalam sistem
pemikiran dan konsep Keynes terdiri dari tiga faktor penting, yaitu:
·
Hasrat berkonsumsi (propensity to consume)
Pendapatan total agregat sama dengan konsumsi total agregat ditambah
investasi total agregat. Tingkat konsumsi bergantung pada hasrat seseorang
untuk berkonsumsi, yang merupakan fungsi dari pendapatan. Begitu juga dengan
tabungan, karena tabungan adalah sisa bagian dari pendapatan yang tidak
digunakan untuk berkonsumsi.
·
Tingkat bunga (interest) yang memiliki kaitan dengan dengan preferensi likuiditas (liquidity
preference)
Tingkat bunga menurut Keynes bukanlah pencerminan dari penawaran tabungan
dan permintaan investasi, melainkan tingkat bunga merupakan variabel bebas (independent)
dari kedua hal tersebut. Tingkat tabungan adalah suatu fenomena moneter yang
tergantung dari keinginan orang menahan tabungannya dalam bentuk dana
likuiditas. Sehingga tingkat bunga tergantung dari preferensi likuiditas. preferensi likuiditas menjelaskan tentang bagaimana tingkat bunga ditentukan dalam jangka
pendek dan tingkat bunga tersebut disesuaikan untuk menyeimbangkan demand
for money dan supply of money.
·
Efisiensi marginal dari investasi modal (marginal efficiency of capital)
Tingkat investasi ditentukan oleh efisiensi marginal dari investasi modal,
yang dipengaruhi oleh ekspektasi investor tentang laba yang akan diperoleh di
masa depan dari investasi modal yang bersangkutan. Jelaslah bahwa ekspektasi
tersebut adalah yang positif dan menguntungkan investor itu.
Pemikiran
Keynes juga memiliki kelemahan yaitu kegalalan pemerintah(Government
Failure) dalam menjalankan intervensinya dan ineffesiensi(government
inefficiency) yang ditimbulkan dari intervensi pemerintah tersebut.
- Government Failure
Joseph E. Stiglitz dalam bukunya Econoomics
of Public Sector:
“There are four major reasons for
the systematic failures of the government to achieve its stated objectives :
the government’s limited information, its limited control over private
responses to its actions, its limited control over bureucracy, and the
limitations imposed by political processes”[2]
Faktor pertama kegagalam
pemerintah adalah terbatasnya informasi pemerintah.
Faktor kedua adalah adalah
terbatasnya kontrol pemerintah terhadap aksi pasar.
Faktor ketiga adalah terbatasnya
kontrol pada birokrasi.
Faktor terakhir adalah kendala
yang ditimbulkan oleh proses politik.
D.
Pemikiran Neo Keynes dan Pasca Keynes
1.
Neo Keynes
Pemikiran Neo keynes merupakan pengembangan dan pembaruan dari pemikiran
keynes. Tokoh-tokoh fenomenal yang memiliki dampak besar dalam pemikiral aliran
neo keynes antara lain:
a. Alvin Harvey Hansen
Hansen
berhasil menyusun secara sistematis serangkaian pikiran dasar Keynes dalam
suatu kerangka analisis yang rapi dan utuh. Dia dengan jelas menujukkan hal-hal
pokok pada sistem pemikirannya dalam ramifikasinya terhadap kebijakan negara
secara langsung dan tidak langsung. Hansen banyak menjelaskan tentang fluktuasi
ekonomi, penyebabnya, dan cara mengatasinya. Menurutnya fluktuasi ekonomi
terjadi karena adanya gerak naik turun dan determinan terhadap pendapatan
nasional. Karenanya ia banyak mengupas tentang pendapatan nasional. Dan
mengaitkan pendapatan nasional investasi, dan kesempatan kerja, dengan
fluktuasi ekonomi.
b. Joseph Schumpeter
Dari
masa-masa sebelumnya, pakar pertama yang lebih serius dalam mengembang teori
pertumbuhan adalah Schumpeter. Bagi dia, pelaku utama pertumbuhan ekonomi
adalah adanya entepreneur. Entrepreneur
bukan hanya seorang pengusaha atau manajer, melainkan juga seseorang yang mau
menerima risiko dan menghasilkan produk dan teknologi baru dalam masyarakat. Menurutnya,
pertumbuhan ekonomi akan berkembang pesat dalam lingkungan, masyarakat yang
menghargai dan merangsang orang untuk menggali penemuan-penemuan baru, seperti
lingkungan masyarakat penganut laissez faire. Dalam masyarakat
yang demikian, insentif bagi penemuan baru lebih tinggi.
c. Simon Kuznets
Kuznets
berperan dalam kegiatan yang bersangkut-paut dengan data statistik yang
selanjutnya berkembang menjadi ilmu pengetahuan dengan kerangka analisis
berdasarkan teknik dan metode matematika canggih. Kuznets memantau kegiatan
ekonomi dalam masyarakat dengan berpangkal pada suatu kerangka perhitungan
nasional dengan dilengkapi tentang unsur-unsur komponen dalam pendapatan
nasional. Berkat karya kuznets tersebut, pengertian-pengertian pokok dalam
kerangka teori Keynes dapat diberikan wujud nyata secara kuantitatif-empiris,
seperti mengenai hubungan antara pendapatan-konsumsi-tabungan-investasi dalam
masyarakat secara agregat. Dan segala sesuatu itu dapat diamati dan dikaji
secara berturut-turut sesuai tahapan dalam perkembangan waktu. Hal ini dikenal
sebagai time
series analysis. Dengan teori ini kita bisa menghitung pertumbuhan
ekonomi lebih eksak.
d. Paul Samuelson
Di bawah
pengaruh Samuelson, kerangka dasar pemikiran Keynes disempurnakan sampai pada
tingkat yang lebih manju dan dalam lingkup pembahasan yang lebih luas. Ada dua
hal yang berjasa dari ulasan Samuelson. Pertama, diperlihatkannya tentang
hubungan timbal-balik antara faktor multiplier dan asas accelerator,
yang berimplikasi bahwa multiplier dan accelerator
saling memperkuat perannya dalam jalannya perekonomian secara
agregat. Permintaan efektif dari masyarakat dipengaruhi oleh investasi
langsung (autonomous
investment), yang selanjutnya melalui faktor angka pengganda
(multiplier)
menyebabkan tambahan pendapatan dengan berlipat. Permintaan efektif pun dapat
diberi stimulan yag berawal dari pengeluaran konsumen, yang selanjutnya melalui
asas accelerator secara tidak langsung menyebabkan bertambahnya investasi (induced
investement).
Bidang
kedua adalah mengenai lalu lintas perdagangan dan pembayaran internasional.
Samuelson memperjelas hubungan antara kebijakan fiskal dengan keseimbangan
dalam lalu lintas pembayaran internasional. Hal ini memperllihatkan peranan foreign
trade multiplier (dampak multiplier yang berasal dari perdangan
luar negeri) dan berbagai kemungkinan penyimpangan dari keseimbangan
internasional. Di sini dapat dilihat adanya integrasi mengenai segi ekulibrium
internasional ke dalam kerangka umum teori ekonomi makro.
e. Walt Withman Rostow
Teori
pembangunan yang paling terkenal adalah ulasan dari Rostow, yang mengatakan
bahwa negara-negara berkembang yang ingin maju harus melalui tahap-tahap
pembangunan sebagai berikut.
ü Tahap tradisional statis : Yang
dicirikan oleh keadaan IPTEK yang masih sangat rendah dan tidak berpengaruh
terhadap kehidupan dan perekonomian pun masih didominasi sektor
pertanian-pedesaan. Struktur sosial-politik masih kaku.
ü Tahap transisi : IPTEK
mulai berkembang, sehingga produktivitas semakin meningkat dan industri semakin
berkembang. Tenaga kerja mulai beralih dari sektor pertanian ke sektor
industri, pertumbuhan tinggi, kaum pedagang bermunculan, dan struktur
sosial-politik semakin membaik.
ü Tahap lepas landas (take-off) : Dicirikan
oleh keadaan suatu hambatan sosial-politik yang umumnya dapat diatasi. Tingkat
kebudayaan dan IPTEK semakin maju, investasi dan pertumbuhan tetap tinggi, dan
mulai adanya ekspansi perdagangan ke luar negeri.
ü Tahap dewasa : Masyarakat
semakin tinggi penguasaan IPTEK, sehingga terjadi perubahan komposisi angkatan
kerja di mana jumlah skilled labor lebih banyak daripada
unskilled
labor. Serikat dagang dan gerakan buruh semakin maju dan berperan.
Pendapatan perkapita tinggi.
ü Tahap mass
consumption : Masyarakat hidup serba kecukupan, kehidupan
aman tentram, dan laju pertumbuhan penduduk semakin rendah.
Proses
di atas hanya bisa berlangsung jika dipenuhi beberapa kondisi, seperti
pemerintahan yang stabil, adanya perbaikan tingkat pendidikan, adanya kelompok
inovator dan wiraswastawan, meningkatnya tabungan dan investasi hingga mencapai
10 persen dari pendapatan nasional, dan adanya reformasi sosial.
2.
Pasca Keynesian
Pasca
keynesian atau yang disebut aliran setelah aliran keynesian. Tokoh yang
fenomenal antara lain:
a.
Nicholas Gregory Mankiw
Mankiw adalah Professor Ekonomi di Harvard University. Penelitiannya
mencakup banyak bidang dalam ilmu ekonomi dan meliputi berbagai tulisan
mengenai penyesuaian harga, perilaku konsumen, pasar keuangan, kebijakan
moneter dan fiskal, dan pertumbuhan ekonomi.
Dalam
konsep makroekonominya yang sangat terkenal dan merupakan bidang ahlinya,
Mankiw menawarkan keseimbangan dalam pembahasan isu-isu makroekonomi
jangka pendek dan jangka panjang, mengintegrasikan wawasan teori klasik
dan teori Keynes, menyajikan teori ekonomi dengan beberapa variasi model
sederhana, dan memberikan penekanan bahwa makroekonomi adalah disiplin ilmu
empiris yang banyak berkaitan dengan bidang-bidang ilmu lainnya.
Mankiw merumuskan teori-teori ekonomi ke dalam “Ten Principles of
Economics”-nya. Tujuannya adalah untuk menjelaskan overview tentang
apa itu ekonomi. Kesepuluh prinsip tersebut adalah:
1)
Orang menghadapi berbagai trade-off (efisiensi dan equality)
2)
Biaya adalah sesuatu yang dikorbankan oleh seseorang untuk mendapatkan
sesuatu hal yang lain
3)
Orang rasional berpikir terhadap margin (perubahan marginal)
4)
Orang bereaksi terhadap insentif
5)
Perdagangan/pertukaran dapat membuat setiap orang menjadi lebih baik
6)
Pasar merupakan sebuah solusi yang baik untuk mengorganisir aktivitas
ekonomi (tentang ekonomi pasar)
7)
Pemerintah terkadang dapat meningkatkan kinerja pasar (tentang kegagalan
pasar, eksternalitas, dan kekuatan pasar)
8)
Standar hidup sebuah negara bergantung pada kemampuannya dalam memproduksi
barang dan jasa (tentang produktivitas)
9)
Harga-harga meningkat ketika pemerintah mencetak uang terlalu banyak
(tentang inflasi).
10) Masyarakat menghadapi trade-off jangka pendek
antara inflasi dan pengangguran (tentang fluktuasi ekonomi)
b.
David Romer
Romer adalah Professor ekonomi politik di University of California,
Berkeley. Dia merupakan pakar ekonomi di bidang makroekonomi. Dalam karya
terbarunya, Romer bekerja sama dengan istrinya, Christina Romer, pada kebijakan
fiskal dan moneter dari tahun 1950 hingga saat ini, dengan menggunakan catatan
dari pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) dan bahan-bahan dari staf
The Fed untuk mempelajari bagaimana Federal Reserve membuat keputusan.
Baru-baru ini, Romers (David dan Christina) berfokus pada dampak kebijakan
pajak pemerintah dan pertumbuhan ekonomi secara umum. Karya ini terlihat pada
catatan sejarah perubahan pajak Amerika Serikat dari 1945-2007. Romers juga menemukan,
"Tidak ada dukungan untuk hipotesis bahwa pemotongan pajak mengendalikan
pengeluaran pemerintah, memang pemotongan pajak bisa saja meningkatkan
pengeluaran. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa efek utama dari pemotongan
pajak pada anggaran pemerintah adalah mendorong timbulnya peningkatan pajak
berikutnya". Ia juga menulis tentang beberapa mata pelajaran bagi ekonom makro, seperti
“Do Students Go to Class? Should They?” dan “Do Firms Maximize? Evidence from
Professional Football”.
c.
Dynamic Stochastic General Equlibrium (DSGE)
Model ini adalah cabang dari teori keseimbangan umum terapan yang
berpengaruh dalam makroekonomi kontemporer. Metodologi DSGE berupaya
menjelaskan fenomena ekonomi agregat, seperti pertumbuhan ekonomi, siklus bisnis,
dan dampak kebijakan moneter dan fiskal, berdasarkan model ekonomi makro yang
berasal dari prinsip ekonomi mikro. Salah satu alasan utama makroekonomi
berusaha untuk membangun model microfounded adalah, tidak seperti yang
lebih tradisional model peramalan makroekonometrik, model microfounded
pada prinsipnya tidak harus rentan terhadap kritik Lucas.
Dari
pemikiran neo keyesian dan pasca keynesian, terdapat beberapa kelemahan, yaitu ada kekuatan-kekuatan pasar yang tidak diikutkan dalam model yang
dikembangkan Kubu Keynesian. Dua di antara kekuatan-kekuatan tersebut adalah
turunnya suku bunga akan mendorong investasi dan turunnya tingkat harga akan
mendorong konsumsi melalui apa yang disebut Pigoileffect. Bagi kubu monetanis
perekonomian cenderung berada dalam posisi keseimbangan, di mana sumber daya
digunakan penuh.
E.
Aliran Moneteris
Aliran monetaris sebenarnya sudah berdiri sejak lama. Hanya saja
pandangan-pandagan kaum monetaris ini baru diperhatikan setelah terjadinya
kasus membubungnya inflasi yang dibarengi dengan semakin tingginya tingkat
pengangguran pada tahun 70-an. Tokoh utama aliran monetaris, tidak diragukan
lagi, adalah Milton Friedman (1912-…), profesor ekonomi dari University of
Chicago. Pandangan-pandangan Friedman dapat diikuti dan berbagai buku, jurnal
serta artikel-artikel populer di majalah dan koran- koran Amerika. Buku-buku
penting yang ditulisnya antara lain: Taxing to prevent Inflation (1943); A
Theory of the Consumption Function (1957); A Programme for Monetary Stability
(1960), Price Theory (1962); Capitalism and Freedom (1962); bersama Anna
Schwartz menulis A Monetary History of the United States 1867-1960 (1963);
Inflation: Causes and Consequences (1963); The Great Contraction (1965); The
Optimum Quantity of Money (1969); A Theoritical Framework for Monetary Analysis
(1971); kumpulan tulisan populer There ‘s No Such Thing Such as a Free Lunch
(1975); Monetary Trends in The United States and the United Kingdom (1982) dan
Bright Promises, Dismal Performance (1983).
Banyak perbedaan pandangan antara
kubu Keynesian dan monetaris dalam melihat gejala-gejala ekonomi. Dalam melihat
perekonomian secara agregat kubu Keynesian percaya bahwa perekonomian cenderung
berada dalam posisi keseimbangan tingkat output rendah (low level equilibrium).
Ini terjadi karena pengeluaran agregat cenderung lebih kecil dari penerimaan
agregat dan kurang ampuhnya mekanisme. pasar dalam melakukan
penyesuaian-penyesuaian yang diperlukan, terutama tingkat harga-harga dan
tingkat upah. Hal ini bisa terjadi karena adanya kekuatan serikat buruh dan
praktek-praktek oligopolistik dari pihak perusahaan-perusahaan.
Kaum monetaris
tidak percaya pda teori Keynesian yang mengatakan bahwa perekonomian cenderung
berada pada keseimbangan tingkat output rendah disebabkan kurang ampuhnya
mekanisme korektif untuk membawa pasar kembali pada posisi keseimbangan
pemanfaatan sumber daya penuh. Dalam hal ini kubu monetaris
mengritik bahwa ada kekuatan-kekuatan pasar yang tidak diikutkan dalam model
yang dikembangkan Kubu Keynesian. Dua di antara kekuatan-kekuatan tersebut
adalah turunnya suku bunga akan mendorong investasi dan turunnya tingkat harga
akan mendorong konsumsi melalui apa yang disebut Pigoileffect. Bagi kubu
monetanis perekonomian cenderung berada dalam posisi keseimbangan, di mana
sumber daya digunakan penuh.
Karena perbedaan cara pandang di
atas, maka implikasi kebijaksanaan dan kedua kubu tersebut juga berbeda.
Misa1nya dalam usaha meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi dan dalam mengatasi
pengangguran, kub Keynesian lebih menyukai kebijaksanaan fiskal yang bersifat
ekspansif. Sebaliknya kubu monetaris lebih menyukai kebijaksanaan moneter yang
kontraktif. Intenvensi pemerintah untuk meningkatkan output dengan menggunakan
kebijaksanaan fiskal tidak disenangi Friedman Misalnya ada usaha untuk
meningkatkan output dengan menurunkan pajak. Menurut Keynesian langkah ini akan
meningkatkan output. Dalam ”Bahasa” kurva IS-LM yang dikembangkan Keynesian,
hal ini tenjadi kanena penurunan dalam pajak akan mendorong kurva IS bergerak
ke kanan. Tetapi menurut kaum mouetaris hal seperti ini tidak akan terjadi,
sebab dalam perekonomian yang sudah memanfaatkan sumber daya secara penuh maka
kurva LM berbentuk tegak lurus, dan dampak dan pergeseran kurva IS tidak akan
memberi pengaruh pada output (crowding-out effect).
Antara kubu Keynesian dan monetris
juga berbeda dalam melihac penyebab terjadinya fluktuasi ekonomi. Menunut kubu
Keynesian tluktuasi ekonomi terjadi karena tenjadinya perubahan dalam
faktor-faktor yang menentukan pendapaian nasional seperti pengeluaran
pemerintah, investasj dan konsumsi masyaraicat. Sebaliknya menurut kubu
monetaris fluktuasi ekonomi terjadi karena terjadinya pelonjakan-pelonjakan
dalam jumlah uang beredar disebabkan adanya kebijaksanaan-kebijaksanan yang
bersifat ekspansif dari pemerintah. Pendapat ini mengikuti pendapat pakar-pakar
terdahulu seperti R.G. Hawxrey, F:A. Nayek dan Knut Wicksell, yang yakin bahwa
terjadinya fluktuasi karena dipicu oleh faktor-faktor moneter, yang cenderung
berakibat kumulatif dalam jangka panjang. Dalam buku: A Pvlonetaiy History of the United States,
1867- 1960 yang ditulis oleh Friedman bersama-sama dengan Anna Schwartz. Mereka menyimpulkan bahwa fluktuasi dalam jumlah uang
sebagai penyebab fluktuasi dalam pendapatan nasional. Untuk mendukung argumen
tersebut mereka menggunakan kasus depresi besar-besaran yang terjadi tahun
30-an. Menurut Friedman dan Anna Schwartz, hal ini berlangsung kanena
terjadinya crash pasar modal tahun 1929 dan faktor-faktor lain yang
diasosiasikan dengan berkurangnya aktivitas ekonomi tahun 20-an yang
menyebabkan berkurangnya minat orang memegang surat-surat berharga, dan lebih
menyukai memegang uang tunai. Tetapi sistem perbankan waktu itu tidäk bisa
memenuhi permintaan akan uang tunai secara sekaligus dalam jumlah banyak dari
masyarakat. Bank-bank (yang waktu itu jumlahnya hampir 2000 buah di seluruh
Amerika Serikat) terpaksa menutup kantor. Sebagai konsekuensinya maka jumlah
uang beredar anjlok. Tahun 1933 jumlah uang beredar diperkirakan 35 persen
lebih rendah dari jumlah uang tahun 1929. Dengan alasan di atas kaum monetaris
menyimpulkan bahwa fluktuasi dalam jumlah uang beredarlah yang menyebabkan
terjadinya fluktuasi ekonomi, dan bukan sebaliknya sebagaimana yang dianut kubu
Keynesian.
Kaum Keynesian percaya bahwa memang
ada kaitan yang sangat erat antara jumlah uang beredar dengan fluktuasi
ekonomi. Tetapi bagi mereka bukan keadaan moneter yang mempengaruhi fluktuasi,
melainkan fluktuasi ekonomi yang mempengaruhi jumlah uang beredar. Bagi kubu
Keynesian fluktuasi terjadi karena berubahnya faktor-faktor yang mempengaruhi
pengeluaran agregat, dan kebijaksanaan yang paling ampuh untuk meredakan
fluktuasi tersebut adalah melalui kebijaksanaan counter-cyclical dengan lebih
banyak menggunakan kebijaksanaan fiskal.
Kubu monetaris paling tidak suka
dengan penggunaan kebijaksanaan fiskal untuk menstabilkan perekonomian.
Alasannya, adalah sangat sulit mengimbangi setiap ayunan siklus ekonomi karena
adanya faktor waktu (lag). Kubu
monetaris lebih jauh bahkan sangat meragukan keampuhan analisis dan studi
neo-keynesian yang sering menggunakan model ekonometri skala besar. Sebab,
dalam model-model skala besar tersebut tenggang waktu (time-lag) kurang
diperhatikan. Karena danya tenggang waktu antara pembuatan model dan proses
analisis dengan waktu mengaplikasikan, maka kebijaksanaan yang diambil bisa
jadi sudah ketinggalan kereta. Sebagai akibat dari perbedaan
dalam melihat perekonomian secara agregat-agregat, maka antara kubu monetaris
dan kubu Keynesian juga sangat berbeda dalam penggunaan
kebijaksanaan-kebijaksanaan ekonomi. Kenyataannya pada tahun 70-an dan
80-an terjadi debat panjang yang sangat panas antara kubu monetaris (diwakili
Friedman) dengan pihak non-monetaris (termasuk kubu Keynesian, Franco
Modigliani dan James Tobin) tentang kebijaksanaan yang sebaiknya ditempuh dalam
menghadapi berbagai masalah ekonomi, seperti pengangguran dan inflasi.
Sebaliknya kubu monetaris menganggap
inflasi terjadi karena jumlah uang beredar terlalu banyak. Jika jumlah uang
beredar terlalu banyak harga-harga akan naik. Dengan demikian cara yang
dianjurkan kaum monetaris dalam menghadapi inflasi ialah dengan mengurangi
jumlah uang yang beredar itu sendiri.
Kebalikan dari
kubu Keynesian yang lebih menyukai kebijaksanaan fiskal, kubu monetaris lebih
suka menggunakan kebianaan moneter, sebab dampaknya lebih jelas dari pada
kebiasaan fiskal. Anggapan ini didasarkan pada kepercayaan bahwa perubahan
dalam jumlah uang beredar akan menyebabkan perubahan yang besar pula dalam
tingkat suku bunga, yang pada nya akan menyebabkan perubahan yang besar dalam
pendapatan nasional. Ini jelas terbalik dengan anggapan kaum Keynesian yang
melihat perubahan dalam jumlah uang beredar tidak begitu mempengaruhi tingkat
suku bunga sehingga dampaknya terhadap pengeluaran agregat juga kecil. Kaum
monetaris yang sangat memperhatikan agar jumlah uang yang beredai jangan
bertambah terlalu cepat dari yang seharusnya, jelas menyalahkan kebijaksanaan
fiskal yang ekspansif selama tahun 60-an, yang dianggap sebagai pangkal bala
terjadinya kesulitan-kesulitan ekonomi di kemudian hari. Bagi kaum
monetaris, melakukan pengeluaran pemerintah secara berlebihan tidak akan
menguntungkan, justru dapat membawa kerugian. Yang jelas, jika inflasi terlalu
tinggi perekonomian bisa macet. Bagi kaum monetaris inflasi dianggap sebagai
musuh utama yang perlu diberantas sesegera mungkin.
Perbedaan lain antara kubu monetaris
dengan kubu Keynesian adalah mengenai jangka waktu analisis. Kubu Keynesian
tidak terlalu memperhatikan analisis jangka panjang (sebab, seperti kata Keynes,
dalam jangka panjang kita semua akan mati !). Tidak demikian halnya dengan kubu
monetaris yang diwakili Friedman. Bagi Friedman dampak jangka panjang dari
berbagai kebijaksanaan ekonomi harus diperhatikan untuk mengetahui kekuatan
pasar. Kelompok monetaris
percaya bahwa kebijaksanaan peningkatan jumlah uang dalam jangka pendek
berpenganuh terhadap output riil. Dalam bahasa kurva IS-LM yang dikembangkan
kubu neo-Keynesian, kenaikan dalam jumlah uang akan menggeser baik kurva LM
maupun kurva IS ke kanan, yang berarti peningkatan dalam jumlah output.
Menurut pandangan Keynesian,
kebijakan moneter mungkin sangat tidak efektif. Beberapa kekurangannya
berasal dari asimetri kebijakan tersebut, perubahan dalam kecepatan (yang dapat
menggagalkan kebijakan), dan ketidakpastian dari investasi yang diambil (terutama
jika bukan bunga sensitif). Kekurangan
utama dari kebijakan moneter adalah asimetri. Kebijakan
moneter mungkin digunakan baik untuk mengendalikan .3 persediaan
uang maupun tingkat suku bunga. Tetapi, keduanya tidak dapat dikendalikan
pada waktu yang sama. Dengan demikian hal tersebut menjadi dilema.
KELEBIHAN :
1)
Kaum monetaris
mengatakan bahwa perekonomian cenderung berada pada keseimbangan tingkat output
rendah yang disebabkan kurang ampuhnya mekanisme korektif untuk membawa pasar
kembali pada posisi keseimbangan pemanfaatan sumber daya penuh.
2)
Kaum
monetaris menyatakan bahwa turunnya suku bunga akan mendorong investasi dan
turunnya tingkat harga akan mendorong konsumsi melalui Pigou effect.
3)
Dalam usaha
meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi dan dalam mengatasi pengangguran, kaum
monetaris lebih menyukai kebijaksanaan moneter yang kontraktif. Intervensi
pemerintah untuk meningkatkan output dengan menggunakan kebijaksanaan fiskal
tidak disenangi Friedman.
4)
Kaum
monetaris, terutama Friedman, dinilai sangat berjasa meluruskan falsafah
liberal kaum klasik kembali sebagaimana yang diajarkan oleh Adam Smith.
F.
Aliran Sisi Penawaran
Pada tahun 1971-1973 perekonomian
Amerika Serikat mengalami boom karena kebijaksanaan fiskal dan moneter yang
ekspansif pada periode-periode sebelumnya, sesuai ajaran Keynesian. Pada
tahun-tahun sebelumnya kebijaksanaan moneter yang restriktif cukup ampuh dalam
memerangi inflasi. Bahkan pada akhir tahun 1974, pada saat resesi mulai
jalan, pemerintah Amerika Serikat masih mempertimbangkan suatu program
peningkatan tingkat pajak untuk memerangi inflasi. Tetapi yang betul-betul
dilaksanakan tahun 1975 adalah kebijaksanaan fiskal yang ekspansif. Sebagaimana
dampaknya, perekonomian bergerak cepat (terjadi recovery) dan tingkat
pengangguran dapat ditekan. Hanya saja, sekarang tingkat inflasi sangat tinggi.
Keadaan menjadi lebih parah sewaktu gelombang kenaikan harga-harga minyak kedua
pada tahun 1978 kembali menghantam perekonomian Amerika Serikat.
Dalam aliran monetaris ini memang
pernah berhasil meyakinkan orang bahwa stok uang sangat erat kaitannya dengan
aktivitas-aktivitas ekonomi. Kebijaksanaan monetaris lahir di
Amerika Serikat, tetapi negara yang melaksanakan kebijaksanaan sesuai dengan
resep monetaris ini bukanlah pemerintahan Amerika Serikat sendiri, melainkan pemerintahan
Thatcher di Inggris.
Aliran sisi penawaran dapat dikatakan
muncul tahun 1970-an, dan semakin populer tahun 80-an dimasa pemerintahan
Reagen di Amerika Serikat. Karena pandangan pakar-pakar aliran sisi penawaran
langsung dijalankan oleh Reagan, maka pandangan ekonomi mereka juga sering
dijuluki Reagonimics., terutama
tahun 1981-1982. Kebijaksanaan yg dianut oleh Reagan untuk menghadapi inflasi
& kelesuan ekonomi pada tahun 80-an sesuai anjuran aliran baru Dikenal
dengan sisi penawaran (supply-side economics).