Membangun Pendidikan Berkualitas: Antara Kebijakan Zonasi dan Tantangan Nyata di Sekolah
Baru-baru ini, saya menyaksikan video dari Fery Irwandi yang sangat menggugah pemikiran tentang kondisi pendidikan di Indonesia. Video ini berhasil menyuarakan kenyataan yang mungkin belum banyak disadari oleh para pemangku kebijakan dan masyarakat pada umumnya. Fery dengan lugas mengkritik berbagai permasalahan yang sering terabaikan, seperti kebijakan zonasi, ketidaksiapan fasilitas, dan ketimpangan mutu pendidikan.
Dalam salah satu bagian, Fery mengangkat contoh kota Malang, di mana dari sepuluh SMA Negeri, delapan di antaranya berada dalam satu kecamatan. Kebijakan zonasi yang bertujuan untuk pemerataan pendidikan akhirnya malah menghadirkan ketidaksetaraan akses bagi siswa di daerah lainnya. Siswa di beberapa kecamatan bahkan kesulitan mendapatkan sekolah negeri karena lokasinya yang jauh. Kebijakan zonasi ini memang mulia secara filosofis, tetapi praktiknya masih sering terbentur pada ketidaksiapan infrastruktur.
Tidak hanya itu, Fery juga menyebutkan bahwa masih banyak siswa yang belum memahami dasar-dasar pendidikan seperti membaca dan berhitung meski telah berada di tingkat SMP atau SMA. Video tersebut benar-benar menampar kesadaran kita akan pentingnya menyediakan dukungan yang memadai untuk para guru dan siswa agar mereka dapat mencapai standar pendidikan yang diharapkan.
Menurut saya, tantangan terbesar adalah bagaimana pemerintah dapat belajar dari negara-negara maju seperti Finlandia dengan tidak hanya meniru kebijakan mereka, tetapi juga mempersiapkan fasilitas yang diperlukan. Di sana, seluruh fasilitas pendidikan, kualitas guru, dan dukungan masyarakat sudah matang sehingga kebijakan serupa bisa diterapkan dengan sukses.
Video Fery benar-benar membuka mata saya untuk lebih kritis terhadap sistem pendidikan kita dan mendukung perbaikan yang lebih substansial di masa depan. Diharapkan, pemerintahan mendatang bisa memperhatikan isu pendidikan ini sebagai salah satu prioritas utama.