Sabtu, 21 Oktober 2023

PANCASILA SEBAGAI ENTITAS DAN IDENTITAS BANGSA INDONESIA

PANCASILA SEBAGAI ENTITAS DAN IDENTITAS BANGSA INDONESIA

Peran Profil Pelajar Pancasila dalam Pendidikan Abad ke-21

 

Pancasila, sebagai dasar negara Indonesia, bukan hanya sekadar seperangkat prinsip atau slogan. Ia adalah entitas hidup yang meresap ke dalam jiwa bangsa Indonesia dan menjadi identitas sejati. Untuk menguasai Pancasila dalam konteks ini, kita perlu mengamati dan merenung tentang tantangan yang muncul dalam memahami dan menerapkan Pancasila sebagai entitas dan identitas bangsa Indonesia. Terutama, kita harus merenungkan peran profil pelajar Pancasila dalam pendidikan abad ke-21.

 

1.      Tantangan Menghayati Pancasila sebagai Entitas dan Identitas Bangsa Indonesia

Ketika kita memandang Pancasila sebagai entitas, kita seharusnya mengamati tidak hanya sisi teksnya, tetapi juga aspek historis dan sosialnya. Pancasila bukanlah semata-mata dokumen kuno yang terabaikan. Ia adalah panduan moral dan nilai-nilai inti yang membentuk karakter bangsa Indonesia. Tantangan pertama adalah menggali lebih dalam ke dalam makna dan esensi Pancasila, bukan hanya sebagai bacaan, tetapi sebagai filosofi hidup.

Sebagai identitas bangsa, Pancasila mempersatukan keragaman budaya, agama, dan etnis yang ada di Indonesia. Oleh karena itu, tantangan yang dihadapi adalah menjaga kesatuan dalam keberagaman. Bagaimana masyarakat Indonesia, terutama generasi muda, dapat merayakan perbedaan sambil tetap memelihara nilai-nilai Pancasila?

 

2.      Perwujudan Profil Pelajar Pancasila pada Pendidikan Abad ke-21

Pendidikan di abad ke-21 harus lebih dari sekadar transfer pengetahuan. Ia harus membentuk karakter dan etika. Dalam ekosistem sekolah (kelas), Pancasila harus diintegrasikan ke dalam kurikulum dan cara berpikir peserta didik. Bagaimana kita bisa menciptakan profil pelajar Pancasila yang sesuai dengan tuntutan zaman ini?

Pertama, kita perlu memahami bahwa pendidikan tidak hanya terjadi di ruang kelas. Pendidikan harus merambah ke dalam kehidupan sehari-hari. Mahasiswa harus belajar mengenali dan meresapi nilai-nilai Pancasila di lingkungan sekitar mereka. Mereka harus mampu menerapkan ketahanan budaya Pancasila dalam interaksi sosial dan menghadapi tantangan globalisasi.

Kedua, pendidikan harus berfokus pada pengembangan karakter. Peserta didik harus dilatih untuk menjadi warga negara yang peduli, adil, dan bertanggung jawab. Mereka harus memahami pentingnya persatuan dan toleransi dalam masyarakat yang beragam. Pancasila dapat membantu menciptakan landasan moral untuk tindakan mereka.

 

Mengakhiri refleksi ini, kita menyadari bahwa Pancasila adalah lebih dari sekadar simbol negara. Ia adalah jiwa bangsa Indonesia, dan tugas kita adalah memahami, menghayati, dan mengimplementasikan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan abad ke-21 memiliki peran sentral dalam menciptakan profil pelajar Pancasila yang kokoh, yang mampu menjaga dan mengembangkan entitas dan identitas Pancasila dalam bangsa Indonesia. Sehingga, kita semua harus mengambil peran aktif dalam proses ini, memastikan bahwa Pancasila tetap menjadi pilar yang kuat dalam kehidupan kita dan masa depan bangsa ini. 



TOPIK 4_7 AKSI NYATA

FONDASI PENDIDIKAN INDONESIA

Mata Kuliah Filosofi Pendidikan Indonesia

Pendidikan IPS kelas D

Oleh : M Yuhdi


Rabu, 11 Oktober 2023

Mengukir Identitas Manusia Indonesia melalui Tanda, Simbol, dan Nilai-nilai Pancasila di Sekolah

Mengukir Identitas Manusia Indonesia melalui Tanda, Simbol, dan Nilai-nilai Pancasila di Sekolah

 

Foto Man 2 Jember
 

Abstrak:

Artikel ini menguraikan hasil observasi dan refleksi kritis terkait dengan tanda, simbol, serta nilai-nilai Pancasila yang ada di ekosistem sekolah, dan bagaimana hal ini dapat menguatkan identitas manusia Indonesia. Melalui pemahaman mendalam tentang penghargaan dan penghayatan terhadap kebhinekatunggalikaan serta nilai-nilai Pancasila, artikel ini menunjukkan bagaimana pendidikan dapat berperan sebagai pemantik identitas nasional yang kuat.

 

Pendahuluan:

Identitas adalah aspek integral dalam kehidupan setiap individu, dan di tingkat lebih luas, identitas nasional membentuk inti dari budaya dan masyarakat. Indonesia, sebagai negara yang kaya akan keragaman budaya, memiliki tantangan dan peluang unik dalam membentuk identitas manusia Indonesia. Pendidikan di sekolah memiliki peran yang sangat penting dalam menguatkan identitas ini melalui tanda, simbol, dan pengajaran nilai-nilai Pancasila.

 

Pengamatan Tanda dan Simbol dalam Sekolah:

Melalui observasi kritis, saya melihat tanda dan simbol kebhinekatunggalikaan tersebar di sekolah. Bendera Merah-Putih berkibar di halaman sekolah, Pancasila digantung di dinding kelas, dan lagu kebangsaan berkumandang setiap hari. Selain itu, pakaian seragam sekolah, warna bendera, dan atribut lainnya juga memamerkan elemen-elemen nasional. Semua tanda ini memberikan pesan kuat tentang pentingnya rasa persatuan dan kebangsaan di lingkungan sekolah.

 

Penghayatan Nilai-nilai Pancasila:

Di samping tanda dan simbol, penghayatan nilai-nilai Pancasila juga menjadi bagian integral dari pengajaran di sekolah. Guru-guru secara kritis memastikan bahwa siswa memahami arti dan makna lima sila yang menjadi landasan negara. Mereka berbicara tentang kemerdekaan, keadilan, persatuan, kerakyatan, dan kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Ini membantu siswa memahami bahwa Indonesia adalah rumah bagi berbagai budaya, agama, dan etnis yang hidup berdampingan dalam harmoni.

 

Identitas Manusia Indonesia yang Kuat:

Pendekatan ini, yang mengintegrasikan tanda, simbol, dan nilai-nilai Pancasila, membantu memperkuat identitas manusia Indonesia. Melalui tanda-tanda nasional, siswa merasakan kebanggaan akan kebhinekatunggalikaan, merasa sebagai bagian dari suatu kesatuan yang lebih besar. Melalui pemahaman mendalam tentang Pancasila, mereka memahami bahwa prinsip-prinsip ini adalah pilar dasar bangsa Indonesia. Hal ini memberikan fondasi moral yang kuat dan pemahaman mendalam tentang nilai-nilai yang seharusnya dijunjung tinggi dalam kehidupan sehari-hari.

 

Pentingnya Pendidikan dalam Membentuk Identitas:

Pendidikan di sekolah adalah wadah yang efektif untuk membentuk identitas manusia Indonesia. Pemahaman tentang kebhinekatunggalikaan dan penghayatan nilai-nilai Pancasila adalah bekal berharga yang akan membantu generasi muda Indonesia menjadi warga negara yang sadar akan identitas nasional mereka. Ini juga akan membantu mereka menjadi pemimpin yang peduli, mampu memelihara keragaman, dan mempromosikan perdamaian serta keadilan.

 

Kesimpulan:

Identitas manusia Indonesia kuat, yang didukung oleh tanda, simbol, dan pengajaran nilai-nilai Pancasila di sekolah, adalah salah satu aset berharga negara ini. Pendidikan berperan penting dalam membentuk identitas ini, dan melalui upaya bersama dari guru, siswa, dan pihak sekolah, kita dapat mengukir masa depan Indonesia yang lebih baik, di mana keragaman dihargai dan kebhinekatunggalikaan diperkuat. Dengan begitu, kita akan memiliki generasi penerus yang memahami dan mencintai Indonesia dengan lebih mendalam.


Minggu, 08 Oktober 2023

MATA KULIAH FILOSOFI PENDIDIKAN INDONESIA : Pertanyaan pemantik dalam membuat kesimpulan dan refleksi terhadap pemikiran-pemikiran Ki Hadjar Dewantara

 


MATA KULIAH FILOSOFI PENDIDIKAN INDONESIA

Topik 2 Dasar Pendidikan Ki Hadjar Dewantara

Tugas_7 Koneksi Antar Materi

Nama               : M. Yuhdi

NIM/Kelas      : D

Tahun             : 2023

 

Pertanyaan pemantik dalam membuat kesimpulan dan refleksi terhadap pemikiran-pemikiran Ki Hadjar Dewantara: 

1.      Apa yang Anda percaya tentang peserta didik dan pembelajaran di kelas sebelum Anda mempelajari topik ini?

Berdasarkan pengetahuan saya, ada beberapa hal yang saya percaya tentang peserta didik dan pembelajarannya, yaitu:

a.       Saya percaya bahwa setiap peserta didik memiliki keunikannya masing-masing, khususnya dalam memahami sesuatu atau dalam belajar. Oleh karena itu, saya sebagai calon guru berupaya untuk memahami peserta didik secara individual dan mempersonalisasi pembelajaran untuk memenuhi kebutuhan peserta didik saya nanti.

b.      Saya memandang peserta didik itu sebagai aktor utama dalam proses pembelajaran. Hal itu mengingatkan pada saya sendiri selama menjadi peserta didik, dimana saya lah yang harus jujur pada diri sendiri dan harus mau bertanya serta tidak perlu malu bertanya jika masih belum memahami pembelajaran. Oleh karena itu, saya sebagai guru haruslah memastikan peserta didik berusaha untuk menciptakan lingkungan di kelas yang mendorong peserta didik untuk aktif berpartisipasi, bertanya, berpikir kritis, dan mencari pemahaman untuk kepentingan mereka.

c.       Menurut saya dan semua guru, pastinya peserta didik itu bagaikan kertas kosong yang perlu bagi guru untuk mengisinya dengan ilmu pengetahuan, namun saya percaya bahwa pendidikan tidak hanya tentang ilmu pengetahuan semata, karena pendidikan haruslah melibatkan pengembangan keterampilan sosial, etika, kepemimpinan, dan nilai-nilai moral. Mereka berusaha untuk mengajar peserta didik bukan hanya sebagai pelajar, tetapi juga sebagai warga yang bertanggung jawab.

 

2.      Apa yang berubah dari pemikiran atau perilaku Anda setelah mempelajari topik ini? 

Setelah mempelajari materi topik 2 ini, saya memperoleh penguatan pemahaman terkait peserta didik dan pembelajarannya. Dimana memang peserta didik adalah kertas kosong yang perlu guru isi dengan ilmu pengetahuan, keterampilan sosial, etika, kepemimpinan, dan nilai-nilai moral. Namun tidak sebatas diisi, karena guru masihlah harus menebalkan tulisan tersebut, yang artinya peserta didik tidak hanya mengetahuinya saja dan guru harus menjadikan peserta didik mampu menerapkannya juga dalam kehidupan sehari-hari peserta didik.

Seperti dalam pemikiran Kihadjar dewantara, dimana tugas pendidik  adalah ‘menuntun’ peserta didik dalam mengembangkan kemampuan yang dimilikinya menjadi lebih baik lagi dan mampu diterapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, setiap anak juga terlahir dengan kodrat dan keunikannya masing-masing, sehingga pendidikan itu dikatakan menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat.

Pendidikan juga tidak hanya mengajarkan ilmu pengetahuan (kognitif) semata melainkan juga sikap (afektif) dan keterampilan (psikomotorik) peserta didik pun harus dikembangkan. Sikap otoriter seorang pendidik terhadap peserta didik juga perlu dihilangkan, karena seorang pendidik itu haruslah menjadi tauladan yang baik, mengayomi dan memberi semangat kepada peserta didiknya. Hal ini sesuai dengan semboyan pendidikan Ing Ngarso Sung Tulodo, Ind Madya Mangun Karso, Tut Wuri Handayani.

 

 

3.      Apa yang dapat segera Anda terapkan lebih baik agar kelas Anda merefleksikan pemikiran KHD?

Yang harus segera saya lakukan adalah memperbaiki paradigma saya tentang arti sesungguhnya dari pendidikan. Dan menerapkan pemikiran KHD tentang pendidikan yang berpihak pada anak dengan cara merdeka belajar. Saya yakin, setiap anak memiliki kemampuan yang berbeda-beda, oleh karenanya saya tidak akan memaksakan mereka untuk dapat menguasai bidang ilmu secara cepat. Ibarat sebuah planet-planet yang berputar pada orbitnya masing-masing, begitu pun dengan anak-anak mereka akan menguasai satu bidang keilmuan sesuai dengan kemampuannya masing-masing.